RSS

info obat psikosa





 

 ANTIPSIKOTIKA

PSIKOFARMAKA atau Obat penyakit jiwa adalah obat – obat yang bekerja terhadap SSP dengan memengaruhi fungsi – fungsi psikis dan proses mental.
Penggolongan
Psikofarmaka dalam arti sempit, yang terutama digunakan untuk penanganan gangguan jiwa, dapat digolongkan daam dua kelompok besar.
  1. antipsikotika (dahulu disebut neuroleptika atau major tranquillizers) yang bekerja antipsikosis dan sedative. Obat ini digunakan khusus untuk berbagai jenis psikosis (a.l. schizofrenia) dan mania.
  2. Antidepresiva, yang berdaya memperbaiki suasana murung dan putus asa dan terutama digunakan pada keadaan depresi, panik dan fobia.

ANTIPSIKOTIKA
Antipsikotika (major tranquillizers) adalah obat – obat yang menekan fungsi – fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi umum seperti berpikir dan berekelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi dan agresi dan dapat pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti impian dan pikiran khayali (halusinasi) serta menormalkan perilaku yang tidak normal. Oleh karena itu antipsikotika terutama digunakan pada psikosis, penyakit jiwa hebat tanpa ada keinsafan sait oleh pasien, misalnya penyakit schizofrenia (<<gila>>) dan psikosis mania-depersif.

Gangguan psikotik adalah sindrom kinis yang dicirikan gangguan perasaan realitas, gangguan pikiran dan emosi, halusinasi (sering halusinasi pendengaran – ”suara itu menyuruh saya ...”), delusi (”saya memilii kekuasaan untuk...”), dan kebingunan. Defek biokimia untuk penyakit – penyakit ini belum jelas diuraikan. Sindrom – sindrom yang ada dapat merupakan beberapa penyakit yang berlainan yang mempunyai penampilan kinis serupa.
Schizofrenia merupakan gangguan jiwa dalam kebanyakan kasus bersifat sangat serius, berkelanjutan dan dapat mengakibatkan kendala sosial, emosional dan kognitif (pengenalan, pengetahuan, daya membedakan; lat.cognitus = dikenali). Schizofrenia dalah penyebab terpenting gangguan psikotis. Pada pria biasanya timbul antara usia 15-25 thn, jarang di atas 30 thn, sedangkan pada wanita antara 25-35 thn.



Penggolongan :
  1. Antipsikotika klasik, terutama efektif mengatasi sintom positif.
a.   Derifat fenotiazin : klorpomazin, levomepromazin, dan triflupromazin (siquil)-thioridasin dan periciazin –perfenazin dan flufenazin –perazin (taxilan), trifluoperazin , proklorperazin (stemetil) dan thietilperasin
b.   Derifat thioxanten : klorprotixen (truxual) dan zuklopentixol (cisordinol)
c.   Derivat butirofenon : haloperidol, bromperidol, pipamperon, droperidol.
      d.   Derivat butilpiperidin: pimozida, fluspirilen, dan penfluridol.
  1. Antipsiotika atypis (sulpirida, klozapin, risperidon, olanzapin dan quetiapin) bekerja efektif melawan simtom negatif, yang praktis kebal terhadap obat klasik. Lagi pula efek sampingnya lebih ringan, khususnya gangguan ekstrapiramidal dan dyskinesia tarda.
Sertindol (serdolect) seteah dipasarkan hanya satu tahun lebih, akhir 1998 ditarik dari peredaran di Eropa, karena beberapa kali dilaporkan terjadinya aritmia dan kematian mendadak (Pharma Selecta 1998;14: 144). Obat atypis lainya yabg sudah tersedia di negara lain sejak 1988 adalah zotepin (Zolepti) dan ziprasidon (Zeldox).





      Tabel 1.1         Obat Antipsikotik
OBAT
MEKANISME/KERJA
INDIKASI
EFEK TAK DIINGINKAN
Fenotiazin
Klorpromazin
(Thorazine)
Kerja  obat antipsikotik sangat kompleks. Kemampuan obat antipsikotik memblok reseptor dopamine D2 berkorelasi dgn keampuhan kinisnya. Penelitian hewan menunjukan bahwa sisntesis dan metabooisme dopamine meningkat pada pengobatan akut dan pengaturan naik (upregulation) terjadi setelah beberapa minggu peberian antipsikotik. Mungkin efek – efek ini terjadi sebagai reespon pengaturan pada penurunan transmisi dopaminergik yang diinduksi oleh obat
Psikosis, meliputi mania, psikosis idiopatik akut dan episode akut skizofrenia; mual dan muntah; kecegukan
Distonia akut (tonus otot abnormal), parkinsonisme, sindrom maligna, akatisia, diskinesia Tardif, ikterus, sedasi, hipotensi ortostatik, efek antikolinergik, efek pemblokan adrenergic dan reaksi alergik terhadap obat. Pelepasan kortikotropin dan gonadotropin menurun. Sekresi prolaktin meningkat.
Triflupromazin
(Vesprin)
“ “


Psikosis, mual dan muntah
Mempunyai efek pemblokan adrenergic dan antikolinergik yang lebih banyak daripada klorpromazin, efek hipotensi ortostatik lebih sedikit
Tioridazin
(Mellaril)
“ “
Psikosis,
kecegukan
Gejala ekstrapiramidal dan efek pemblok adrenergic lebih sedikit disbanding klorpromazin. Efek antikoinergik lebih banyak, ejakulasi retrograde, penurunan testosterone, retinopati
Flufenazin
(mis. Prolixin)
“ “
psikosis
Efek hipotensi ortostatik dan blockade adrenergik lebih sedikit, tetapi tanda – tanda ekstrapiramidal lebih banyak
Proklorperazin
(Compazine)
” ”
Mual dan muntah, psikosis
Efek hipotensi ortostatik lebih sedikit dan tanda – tanda ekstrapiramidal lebih sedikit daripada klorpromazin
Trifluoperazin
(Stelazine)
” ”
Skizoprenia, psikosis akut, gangguan skizoafektif, sindrom paranoid, mual dan muntah
Efek sedatif dan hipotnsi ortostatik kurang, tetapi efek ekstrapiramidal lebih nayak daripada klorpromazin
Thioxantin
Klorprotiksen
(Taractan)
*sama dengan klorpromazin
psikosis
Efek hipotensi kurang dibanding klorpromazin
Thiotiksen
(Navane)
” ”
psikosis
Efek sedatif dan hipotensi kurang dibanding klorpromazin
Dihidroindolon



Molindon
(Moban)
Secara kimia tidak terkait dengan kelompok yang terdaftar di atas, tetapi kerjabya sama
psikosis
Sedikit efek sedatif atau ekstrapiramidal, tidak ada efek hipotensi. Beberapa efek antikolinergik.
Dibenzoksazepin


Loksapin
(Loxitane)
” ”
psikosis
Efek hipotensi dan sedatif lebih sedikit dibanding klorpromazin. Efek ekstrapiramidal serupa. Sedasi berlagsung sampai 12 jam.
Dibenzodiazepin



Klosapin
(Clozaril)
Mekanisme antipsikotik tidak jelas. Memblok reseptor dopamin juga neurotransmisi kolinergik, adrenergik, serotogenik, dan histaminergik.
Skizofrenia pada orang yang gagal dengan antipsikotik tradisional atau mengalami efek samping tidak dapat ditoleransi.
Efek samping ekstrapiramidal sangat sedikit. Efek antimuskarinik pada 2%. Tidak ada diskinesia tardil atau peningkatan pelepasan prolaktin
Butirofenon



Haloperidol
(Haldol)
Sama dengan fenotiazin
Psikosis, sindrom tourette, masalah tingkah aku berat pada anak – anak, anak – anak hiperaktif (jangka pendek), penyakit Huntington
Efek sedasi, antikolinergik, dan efek pemblokan alfa adrenergik kurang daripada klorpromazin. Jarang hipotensi. Efek samping ekstrapiramidal dapat dramatis.
Difenibutilpiperidin



Pimozid  (Orap)
Memblok reseptor dopamin
Sindrom Tourette
Gangguan ekstrapiramidal, diskinesia tardif, sedasi, sakit kepala, perubahan sensorik, hipotensi.

        Tabel 1.2              Obat Antipsikotik        
OBAT
FARMAKOKINETIK
INTERAKSI OBAT
CATATAN
Fenotiazin



Klorpromazin
(Thorazine)
PO/IM/PR. Absorpsi bentuk oral tidak tentu. Distribusi ke jaringan – jaringan dengan pasokan darah tinggi dan melintasi plasenta. Waktu paruh = 20 – 40 jam.dimetabolisme oleh hati terutama menjadi bentuk tak aktif. Eliiminasi beragam sesuai usia pasien.
Klorpromazin meningkatkan efek depresan pusat sedatif, analgesik, antihistamin, alkohol dan morfin. Meningkatkan depresi pernapasan yang disebabkan oleh meperidin. Menghambat kerja levodopa dan agonis dopamin
Obat – obat ini kadang – kadang disebut neuroleptik karena mengurangi inisiatif dan minat terhadap lingkungan, meredakan perilaku agresif dan impulsif, serta menurunkan gerakan spontan dan tingkah laku kompeks pada hewan. Secara umum obat antipsikotik dengan efek antikolinergik yang lebih banyak membuat efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit
Triflupromazin
(Vesprin)
” ”
” ”
” ”
Tioridazin
(Mellaril)
Hanya oral
” ”
” ”
Flufenazin
(mis. Prolixin)
” ”
” ”
” ”
Proklorperazin
(Compazine)
Hanya oral
” ”
” ”
Trifluoperazin
(Stelazine)
Hanya oral
” ”
” ”

         

  

Obat  Antipsikotik (Lanjutan ..)
OBAT
FARMAKOKINETIK
INTERAKSI OBAT
CATATAN
Thioxantin

Klorprotiksen
(Taractan)
PO/IM.IM hanya pada anak – anak di bawah 6 tahun.
Seperti klorpromazin
Seperti klorpromazin

Thiotiksen
(Navane)
PO/IM. Tidak dianjurkan untuk anak – anak dibawah 12 tahun
” ”
” ”

Molindon
(Moban)
PO. Cepat diabsorbsi dan dimetabolisme. Kerja berlangsung 24 – 36 jam.
” ”
” ”

Loksapin
(Loxitane)
PO.IM. absorbsi lengkap, metabolisme luas.
” ”
” ”

Dibenzodiazepin



Klosapin
(Clozaril)
PO. Absorbsi cepat, metaboisme luas.
Memperkuat obat antihipertensi dan antikolinergik. Menggeser obat – obatan dari protein plasma.
Terapi tidak diberikan jika hitung granuiosit < 1500/mm3.

Haloperidol
(Haldol)
PO/IM/IV. Mulai terapi pada dosis rendah, sesuaikan dosis untuk tiap pasien.
Meningkatkan kerja depresan SSP, alkohol, dan antikonvulsan. Menurunkan kerja amfetamin. Hipotensi berat dengan alkohol, epinefrin, antihipertensi. Antimuskarinik: meningkatkan tekanan intraokular dan menurunkan efek haloperidol. Litium: sindrom ensefaopati.


Pimozid  (Orap)
PO. Kadar serum tidak berkorelasi dengan aktivitas.
Menurunkan ambang rangsang kejang pada pasien yang sedang mendapat medikasi kejang. Menperkuat depresan SSP.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KHASIAT dan PENGGUNAAN OBAT
Antipsikotika memiliki sejumlah kegiatan fisiologis, yakni :
a. antipsikotis. Obat – obat ini digunakan untuk gangguan jiwa dengan gejala psikotis, seperti schizofrenia, mania dan depresi psikotis. Di samping itu, antipsikotika digunakan untuk menangani gangguan perilaku serius pada pasien dengan handikap rohani dan pasien demensia, juga untuk keadaan gelisah akut (excitatio) dan penyakit lata (p. Giles de la Tourette).
b. Anxiolitis, yaitu mampu meniadakan rasa bimbang, takut, kegelisahan dan agresi hebat. Oleh karena itu obat ini digunakan daam dosis rendah sbg minor tranquillizer pada kasus – kasus serius, dimana benzodiazepin kurang efektif, misalnya pimozida dan thioridiazin.
c. Antiemetis, yaitu obat yang digunakan untuk melawan mual dan muntah yang hebat seperti pada terapi sitostatika; sedangkan pada mabuk jalan tidak efektif.
d. Analgetis. Obat ini jarang digunakan sebagai obat antinyeri, kecuali droperidol. 
 
  Tabel 1.3         Beberapa gambaran obat – obat antipsikosis
Kelas obat
Obat
Keuntungan
Kerugian
Phenothiazine
Aliphatic
Chlorpromazine1
(Thorazine)
Generik, tidak mahal
Banyak efek yang tidak diinginkan, khususnya otonomik
Piperidine
Thiridazine2 (Mellaril)
Sedikit terjadi sindroma ekstrapiramidal; generik
Batas 800 mg/hari; tidak ada bentuk parenteral; kardiotoksik
Piperazine
Fluphenazine3 (Permitil, Prolixin)
Bentuk depo juga tersedia (ananthate, decanoate)
Peningkatan diskinesia tardif
Tioxanthene
Thiothixene4 (Navane)
Bentuk parental juga tersedia; penurunan diskinesia tardif
Tidak jelas
Butyrophenone
Haloperidol (Haldol)
Bentuk parental juga tersedia, generik
Sindroma ekstrapiramidal berat
Dibenzoxazepine
Loxapine (Loxitane)
Tidak ada kenaikan berat badan
Tidak jelas
Dibenzodiazepine
Clozapine (Clozaril)
Mungkin menguntungkan pasien resisten perawatan; sedikit toksisitas ekstrapiramidal
Dapat menyebabkan agranulositosis pada himgga 2% pasien
Benzisoxozole
Risperidone (Risperdal)
Efikasi luas; sedikit atau bahkan tidak ada disfungsi sistem ekstrapiramidal pada dosis rendah
Disfungsi sistem ekstrapiramidal, hipotensi dengan dosis yang lebih tinggi
Thienobenzodiazepine
Olanzapine (Zyprexa)
Efektof melawan gejala positif dan negatif; sedikit atau bahkan tidak ada disfungsi sistem ekstrapirimidal
Berat badan meningkat
Dibenzothiazepine
Quetiapine (Seroquel)
Serupa dengan olozapine; mungkin sedikit kenaikan berat badan
Mungkin memerlukan dosis tinggi apabila ada kaitan dengan hipotensi; t1/2 pendek dan dosis dua kali sehari
Fluorophenylindole
Sertindole (Serlect)
Serupa dengan olanzapine
Perpanjangan QTc, t1/2 pendek
  1 Phenothiazine alifatik lainnya: promazine, triflupromazine.
  2 Phenothiazine piperidine lainnya: piperacetazine, mesoridazine.
  3 Phenothiazine piperazine lainnya: acetophenazine,perphenazine, carphenazine, prochlorperazine,
    trifluoperazine
  4 Thioxanthene lainnya: chlorprothixene

GEJALA-GEJALA  PADA PENDERITA PSIKOSA
1.   Gejala - gejala primer
a.   Gangguan proses pikir (bx, langkah. dun isi pikiran)
- Asosiasi longgar
- Anti simbolik
- Inkoherensi
- Blocking
- Perseverasi / stereotipi pikiran
- Flight of idea
b.   Gangguan afek dan emosi
- Emotional blunting
- Parathimi
- Paramimi
- Emosi dan afek serta ekspresi tidak mempunyai satu kesatuan
- Ambivalensi pada afek
c.   Gangguan kemauan
- Lemah kemauan, tidak dapat mengambil keputusan.
- Negativisme
- Ambivalensi kemauan
- Otomatisme : Pada merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain
d.   Gejala psikomotor
- Katatonik - Katalepsi
- Stupor - Fleksibi!itas serea
- Mutisme - Command automatism
- Logorea - Ekholalia dan ekhopraxia
2.   Gejala-gejala sekunder
a.   Waham : Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar  belakang budaya.
- Waham primer : Tidak logis dan patognomonik
- Waharn sekunder : Waham kebesaran, waham kejaran, sindiran, dosa   dan lain-lain
     b.   Halusinasi: Pencerapan tanpa ada rangsang apapun pada panca indri, terjadi secara sadar.
           Akustik,olfaktorik, gustatorik, dan taktil.
         - Terjadi depersonalisasi : Perasaan mengidentifikasi dirinya dengan 
            sebuah meja dan menganggap dirinya sudah tidak ada lagi.
         - Otisme : Perasaan kehilangan hubungan dengan dunia luar, 
           seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri


Tabel 1.4         hubungan dosis obat antipsikosis

Dosis Terapeutik
Efektif Minimum (mg)
Rentang Lazim dari Dosis Harian (mg)
Chlorpromazine (Thorazine)
100
100 – 1000
Thioridazine (Mellaril)
100
100 – 800
Mesoridazine (Lidanar, Serentil)
50
50 – 400
Piperacetazine (Quide)
10
20 – 160
Trifuoperazine (Stelazine)
5
5 – 60
Perphenazine (Trilafon)
10
8 – 64
Fluphenazine (Permitil, Prolixin)
2
2 – 60
Thiothixene (Navane)
2
2 – 120
Haloperidol (Haldol)
2
2 – 60
Loxapine (Loxitane)
10
20 – 160
Molindone (Lindone, Moban)
10
20 – 200
Clozapine (Clozaril)
50
25 – 600
Olanzapine (Zyprexa)
5
5 – 20
Sertindole (Serlect)1
4
4 – 24
Quetiapine (Seroquel)
150
150 – 800
Risperidone (Risperdal)
4
4 – 16
Ziprasidone (Zeldox)2
?
80 – 160
1 Ditarik dari pasaran menunggu klarifikasi potensi kardiotoksik. 
2 Menunggu persetujuan FDA sehubungan dengan tingkat perpanjangan QTc.  
                                  
MEKANISME KERJA 
Hipotesis : sindrom psikosis disebabkan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang meningkat
Mekanisme kerja obat Anti-Psikosis adalah mem-blokade Dopamin pada reseptor pasca sinaptik di 
otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine receptorantagonis).

EFEK SAMPING
obat Anti-Psikosis dapat berupa :
·   Sedasi dan inhibisi psikomotor
·  Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
·    Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkison : tremor, brakidikinesia, rigiditas).
·    Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastian), metabolic (jaundice) hematologig (agranulocytosis). Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Efek samping ini ada yang cepat dapat di toleri oleh pasien, ada yang lambat dan ada yang sampai membutuhkan obat simtomatis untuk meringngankan penderita pasien.
Jadi dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingi dicapai adalah “optimal response whit minimalside effects”
Efek samping yang irreversible : tardive dyskinesa (gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah mulut/rahang dan anggita gerak, dimana pada waktu tidur menghilang. Pada penggunaan obat anti psikosis jangka panjang secara periodic harus diulakukan pemerikasaan laboratorium: darah rutin dan urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal untuk diteksi dini perubahan akibat efek samping obat.

CARA PENGGUNAN
Pemilihan Obat.
·          Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek samping primer(efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek. Sekunder (efek samping).
·          Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.
·          Apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti psikosis yang laindengan dosis ekifalennya, dima profil efek samping belum tentu sama.
·          Penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya, jenis obat anti psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan di tolerir dengan baik efek sampingnya dapat dipilih untuk pemakaian sekarang.

PENGATURAN DOSIS:
·          Onset efek primer (efek klinis ) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
·           Waktu paruh : 12-24 jam  dosis 1-2x pehari
·           Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk menguirangi dampak dari efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup pasien.
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan sindrom psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikan dosis optimal, dipertahankan sekita 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan sampai 2 minggu (diselingi drug holiday 1-2hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4minggu)stop.

EFEK NEUROLOGIK YANG TIDAK DIINGINKAN:
Dopamin adaah neurotransmiter pada banyak jaras di otak. Karena obat antipsikotik memblok semua reseptor dopamin D2, mereka menekan semua kerja dopamin yang diperantarai oleh reseptor D2 pada otak. Efek samping neuroogik spesifik obat – obatan antipsikotik meliputi:
·         Distonia akut: pasien dapat mengalami spasme wajah, leher dan punggung dalam minggu pertama awal terapi.
·         Parkinsonisme: gejalanya antara lain ”gerakan seperti memutar pil” (pill rolling) dengan jari – jari rigiditas ekstremitas, cara jaan dengan menyeret kaki, bradikinesia, dan muka topeng yang disebabkan oleh antagonisme reseptor dopamin pada jaras nigrostriatal. Gejala timbul dalam satu bulan terapi awal.
·        Sindrom maligna: hal ini relatif jarang, tetapi kadang – kadang sindrom yang fatal ditandai dengan katatonia, rigiditas, stuptor, tekanan darah yang berfrustasi, demam dan disartria.
·         Akatisia: kegelisahan motorik yang terjadi dala 2 buan permuaan obat antipsikotik.  Turunkan dosis atau hentikan obat. Obati dengan benzodiazepin atau propranolol dosis rendah.
·          Diskinesia Tardif: sampai 20% pasien yang diterapi berbulan – bulan samapai bertahun – tahun dengan antipsikotik mengalami gerakan involuntar pada wajah, batang badan, dan ekstremitas (diskinesia & koreoatetosis). Sering tidak reversibel.





Referensi
Maslim, Rusdi. 1994. Tuntunan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. PT PFIZER Indonesia,Jakarta

Badan Farmakologi Universitas Kedokteran Indonesia. 1995. Farmakologi dan terapi; edisi 4. Gaya Baru, Jakarta



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS